Radioterapi sebagai Alternatif Pengobatan Kanker
Kanker adalah adalah salah satu penyakit yang sangat membahayakan jiwa bila pengobatannya tidak tepat dan salah serta terlambat diobati, karena dengan berjalannya waktu akan menyebar jauh atau metastasis sehingga akan menyebabkan kematian. Saat ini di negara maju penyakit kanker bersama penyakit jantung dan pembuluh darah menempati posisi tertinggi penyebab kematian. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia posisi ini masih dikalahkan oleh penyakit infeksi atau kurang gizi, meski tidak berarti angka kejadian penyakit ini dapat diabaikan.
Adapun suatu obat anti kanker sampai dapat digunakan dan diberikan pada para penderita kanker, tidaklah mudah, melainkan melalui suatu proses penelitian yang panjang, memakan waktu lama, dan biaya yang sangat besar. Penelitiannyapun meliputi berbagai negara melalui serangkaian uji klinik. Hingga saat kinipun penggunaan obat antikanker berupa kemoterapi umumnya tidak hanya satu obat yang diberikan melainkan beberapa kombinasi obat yang kerjanya saling melengkapi dalam membunuh sel-sel kanker.
Prinsip dalam penanganan kanker adalah diagnosis dan pengobatan dini yang tepat adalah yang terbaik, sebab bila terlambat maka hasilnya tidak akan sebaik bila ditangani sejak dini. Semua stadium penyakit kanker masih ada upaya pengobatannya, namun hasilnya tentunya berbeda antara stadium dini dengan stadium lanjut. Jadi, penggunaan obat dan cara pengobatan alternatif haruslah benar-benar dipertimbangkan dengan seksama sebelum dilaksanakan.
Berbagai publikasi menyebutkan bahwa di Eropa Barat, Amerika, dan negara maju lainnya, 50%-60% pasien kanker memperoleh penyinaran, baik pada awal, sebagai kombinasi bedah, ataupun berdiri sendiri. Dan hingga saat ini alternatif pengobatan kanker di seluruh dunia yaitu dengan jalan operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi hormon atau imunoterapi, atau kombinasi di antara ke lima cara pengobatan tersebut tergantung pada jenis kanker dan stadiumnya saat dilakukan pengobatan. Inilah yang disebut alternatif pengobatan kanker, karena memberikan hasil atau respons pengobatan yang sama baiknya dan dapat dipertanggung jawabkan.
RADIOTERAPI
Radioterapi dikenal juga dengan pengobatan sinar, merupakan salah satu metode pengobatan penyakit kanker kanker dan beberapa penyakit bukan kanker selain pembedahan dan kemoterapi. Terapi Radiasi (Radioterapi) adalah pengobatan yang terutama ditujukan untuk keganasan dengan menggunakan sinar pengion. Ada beberapa bentuk penyakit yang bukan keganasan yang kadang diterapi dengan radioterapi ini, contohnya pengobatan keloid, Grave's disease, Radikastrasi, dll, demikian pula kadang-kadang digunakan bukan sinar pengion, contohnya dalah gelombang panas (hyperthermia) yang digunakan secara bersama-sama untuk mendapatkan respon radiasi yang lebih baik untuk tumor-tumor tertentu. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dan teknologi, radioterapi makin mendapat tempat dalam pengobatan penyakit kanker.
Terapi radiasi telah dilakukan tidak lama setelah Prof. Willem Conrad Roentgen menemukan sinar-X pada Nopember 1895 lebih dari 1 abad yang lalu. Tak lama kemudian Curie menemukan suatu zat radioaktif yaitu Radium pada tahun 1898 yang kemudian dipergunakan sebagai bentuk terapi radiasi dan menjadi pelopor brachytherapy. Sejalan dengan penemuan-penemuan berkembang pula pengetahuan di bidang Radiofisika dan Radiobiologi, yang menjadi dasar pengetahuan dan penerapan dalam bidang ilmu Radioterapi.
Sinar-X bertenaga tinggi, elektron, dan sinar γ (gamma), terbanyak digunakan dalam pengobatan kanker disamping partikel lain. Sinar-X memiliki sifat dapat menembus berbagai zat sehingga dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh tanpa menimbulkan luka. Selain itu, sinar-X juga memiliki sifat dapat mengionisasi gas merusak jaringan, sehingga apabila berkas sinar radioaktif atau partikel dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi peristiwa pembentukan ion positif dan ion negatif molekul air karena energi radiasi yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA (deoxy ribonucleic acid) yang dapat diikuti kematian sel.
Tentunya akan timbul pertanyaan apakah kematian hanya terjadi pada sel kanker, bagaimana dengan jaringan normal? Sebenarnya baik sel kanker maupun sel normal akan mengalami peristiwa yang sama, hanya saja pada sebagian besar jenis kanker memperlihatkan kepekaan yang lebih tinggi terhadap sinar ini daripada sel-sel normal. Jadi diharapkan, pada pengobatan penyakit kanker, semua sel kanker telah mengalami kematian sebelum terjadi cedera yang berlebih pada sel-sel normal yang masih hidup. Apabila pemberian radiasi dihentikan sel normal ini akan kembali sehat seperti sediakala.
Keadaan ini bisa dicapai apabila dosis sinar yang diberikan tidak melewati ambang dosis kemampuan hidup sel normal dan apabila tidak terlalu banyak jaringan yang terikut serta pada radiasi. Ini berarti makin sedikit jumlah sel kanker yang disinar makin tinggi kemungkinan penyembuhannya. Dengan kata lain, bila benjolan relatif masih kecil pengobatan lebih efektif. Sebagai contoh adalah kanker payudara. Setelah jaringan kanker beserta jaringan normal sekitarnya dioperasi maka menjadi tugas radiasi untuk membersihkan sel-sel kanker yang tertinggal. Metode ini disebut sebagai radiasi pascabedah.
Metode lain adalah radiasi yang mendahului operasi atau radiasi prabedah seperti halnya yang sering dilakukan pada kanker kolon (usus besar). Tujuan penyinaran di sini adalah untuk memperkecil jaringan kanker sehingga mempermudah spesialis bedah mengangkat semua jaringan kanker, sekaligus untuk mencegah terjadinya penyebaran sel-sel kanker pada saat pembedahan dilakukan.
Namun sayangnya tidak semua kanker dapat dioperasi, baik karena keadaan pasien tidak mengizinkan maupun ukuran kanker yang terlalu besar atau bahkan telah terjadi penyebaran jauh.
Pada beberapa keadaan radioterapi dapat berdiri sendiri dalam memberantas sel-sel kanker. Pada kanker leher rahim, kanker pita suara, dan kanker lidah, kesemuanya stadium awal, radiasi dapat dilakukan sebagai alternatif pembedahan. Kelebihan pada cara pengobatan sinar saja adalah masih terpeliharanya fungsi pita suara (masih mampu berbicara normal) dan lidah masih dapat digunakan untuk merasakan makanan.
TUJUAN RADIOTERAPI
Tujuan radiasi secara umum terbagi dua yaitu radioterapi definitif dan radioterapi paliatif. Radioterapi definitif adalah bentuk pengobatan yang ditujukan untuk kemungkinan survive setelah pengobatan, bahkan juga bila kemungkinan survive itu rendah, contoh pada tumor-tumor dengan T4 pada tumor kepala dan leher, pada pasien kanker paru dan kanker serviks stadium FIGO III b atau bahkan IV a.
Radioterapi paliatif adalah bentuk pengobatan dimana tidak ada lagi harapan untuk hidup pasien untuk jangka panjang. Keluhan dan gejala yang dirasakan oleh pasien yang harus dihilangkan merupakan bentuk pengobatan yang diberikan. Tujuan pengobatan paliatif dengan demikian untuk menjaga kualitas hidup pasien di sisa hidupnya dengan menghilangkan keluhan dan gejala, sehingga pasien hidup dengan lebih nyaman.
Kombinasi pemberian radioterapi juga dapat berbentuk:
1. Radioterapi saja, dimana bentuk pengobatannya hanya dengan radiasi sejak dari awal sampai akhir. Pada pelaksanaannya teknik radiasi menggabungkan berbagai teknik radiasi dengan tujuan untuk menjaga jaringan sehat dari efek buruk radiasi.
2. Radiasi preoperasi, dimana bentuk pengobatannya mendahului tindakan operasi, dengan tujuan utama adalah untuk meningkatkan resektabilitas dari tumor, oleh karena dengan radiasi tumor akan mengecil, batas-batas menjadi jelas dan tegas sehingga operasi lebih mudah dilakukan. Tujuan kedua adalah untuk mengurangi kemungkinan metastase jauh akibat tindakan operasi, oleh karena sel-sel yang terkena radiasi sudah tidak mempunyai kemampuan untuk hidup di tempat lain, bila sel ini terlepas dan masuk pembuluh darah pada saat tindakan operasi.
3. Radiasi postoperasi, dimana pengobatan dilakukan setelah tindakan operasi. Radiasi dilakukan dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kekambuhan lokal yang disebabkan oleh adanya resiko terjadinya kambuh lokal berupa:
· Adanya residu tumor setelah operasi, baik gross residu, mikroskopik residu, tepi sayatan tidak bebas tumor, kelenjar getah bening regional yang positif mengandung anak sebar tumor, secarta histologi berdiferensiasi buruk, atau bentuk histologi yang angka kekambuhannya tinggi, contoh adenokarsinoma atau adenoskuamosa.
· Tumor-tumor yang kemungkinan kambuh sangat tinggi.
4. Kombinasi Kemoradiasi, dimana bentuk pengobatannya kombinasi antara radiasi dengan kemoterapi dengan tujuan untuk meninggikan respon radiasi. Kemoterapi disini bersifat sebagai radiosensitiser. Kemoradiasi dapat berbentuk neoadjuvant sebelum tindakan operasi, ataupun dapat berdiri sendiri tanpa operasi.
5. Radiasi intra/peri operatif, dimana dilakukan pada saat operasi sebelum luka operasi ditutup. Tekniknya dapat berupa:
· Kontak radioterapi dengan menggunakan sinar elektron.
· Brachyterapi.
CARA PEMBERIAN
Sebelum menjalani radioterapi, setiap pasien akan menjalani proses simulasi. Seluruh perencanaan lapangan radiasi disimulasikan di pesawat simulator, yaitu pesawat X-Ray de-ngan imaging monitor yang telah dilengkapi dengan batas-batas lapangan radiasi yang akan dibuat, sehingga target lapangan radiasi dapat ditentukan seakurat mungkin.
Metode pengobatan dengan sinar dilakukan dengan cara pemberian sinar luar (radiasi eksternal) dan sinar dalam (brakhiterapi) yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk memperoleh hasil yang optimal seringkali kedua metode diberikan secara kombinasi.
Radiasi eksternal dapat diberikan pada hampir semua jenis kanker tidak tergantung pada stadium, baik awal maupun lanjut, seperti pada anak sebar sel kanker di tulang. Radiasi eksternal adalah cara penyampaian radiasi dimana terdapat jarak tertentu (80 cm sampai 100 cm) antara sumber radiasi dengan target radiasi (tubuh pasien), biasanya diikutsertakan pula kelenjar getah bening setempat yang mungkin sudah mengandung sel-sel kanker.
Mesin yang digunakan pada radiasi eksternal dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker. Banyaknya dosis radiasi yang digunakan dihitung dengan ukuran grays (Gy). Dosis yang diberikan tergantung jenis dan luas tumor. Beberapa kasus yang bersifat kuratif, dosis yang diberikan sebesar 50 sampai 70 Gy, sedangkan limfoma diobati dengan dosis 20 to 40 Gy. Untuk terapi adjuvan sekitar 50 – 60Gy.
Kelebihan cara ini adalah dapat dilakukan untuk suatu target/lapangan radiasi yang luas sehingga diharapkan semua sel kanker beserta penyebaran ke sekelilingnya akan memperoleh radiasi sehingga akan mengalami kematian. Sedangkan kerugiannya, selain jaringan kanker jaringan normal yang sehat yang berada di lapangan radiasi juga akan memperoleh sinar. Sekalipun jaringan normal mengalami cedera yang lebih ringan daripada jaringan kankernya, seperti telah diuraikan sebelumnya, namun apabila jaringan normal terlalu banyak yang terlibat maka dikhawatirkan akan terjadi efek samping radiasi yang terlalu berat.
Karena itulah pemberian sinar luar ini harus dibatasi sampai dosis tertentu. Akan timbul pertanyaan lagi, kalau begitu ada kemungkinan bahwa jaringan kanker memperoleh dosis yang tidak mematikan ? Benar, hal itu mungkin dapat terjadi. Untuk mengatasinya diperlukan dosis kompensasi sedemikian rupa sehingga akan tercapai dosis yang mematikan sel kanker. Dosis tambahan ini hanya dapat diperoleh dari cara pemberian sinar dalam.
Brakhiterapi adalah pengobatan radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi ke tumor primer. Dimana sinar diberikan secara langsung pada jaringan kankernya, bisa dengan menancapkan sumber radiasi (berupa jarum) langsung ke jaringan kanker seperti pada kanker lidah atau prostat, atau dengan menempatkannya pada struktur anatomis seperti pada kanker rahim. Atau dengan kata lain radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid. Dengan cara demikian hanya jaringan kanker saja yang memperoleh dosis sinar, sedangkan jaringan normal sekitarnya praktis tidak memperolehnya.
Keuntungan brakhiterapi adalah tumor akan mendapat dosis yang besar dengan menjaga jaringan sehat dari dosis yang berlebihan. Untuk melakukan brakhiterapi diperlukan keterampilan khusus dan perencanaan terapi yang baik. Teknik ini dapat diberikan baik sebagai pengobatan primer, sebagai booster setelah radiasi eksternal, intra/perioperatif, maupun sebagai radiasi postoperatif. Namun, brakhiterapi atau sinar dalam ini hanya dapat diberikan pada jenis kanker tertentu saja dan yang paling klasik adalah kanker leher rahim yang telah dimulai sejak ditemukan unsur radium oleh Madam Curie. Pada saat ini radium tidak digunakan lagi dan digantikan dengan iridium.
Ada beberapa jenis pesawat radioterapi, yaitu:
· Untuk radiasi eksternal
· Pesawat Co 60, menggunakan sumber radiasi bahan radioaktif Cobalt 60 yang mengeluarkan sinar gamma
· Pesawat Linac (Linear Accelerator) yang mengeluarkan sinar-X dan partikel elektron energi tinggi.
· Untuk Brakhiterapi Microselectron Gammamed yang keduanya menggunakan bahan radioktif iridium 192 sebagai sumber radiasi.
Lama pemberian terapi tergantung dari besarnya dosis radiasi yang direncanakan, biasanya dapat berlangsung antara 4-8 minggu.
KEGUNAAN RADIOTERAPI
Kegunaan radioterapi yaitu:
v Mengobati: banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
v Mengontrol: jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar
v Mengurangi gejala: selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
v Membantu pengobatan lainnya: terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
EFEK SAMPING RADIOTERAPI
Efek samping dapat saja terjadi selama radiasi berlangsung adalah efek samping yang terjadi bersifat lokal ditempat radiasi diberikan dapat berupa :
· Kemerahan pada kulit , kulit menjadi kering.
· Kerontokan rambut (bila radiasi daerah kepala).
· Sariawan dan kekeringan pada mulut (pada radiasi daerah kepala dan leher) dan dapat sakit menelan.
· Diare (pada radiasi daerah perut).
Dengan berbagai metode pengobatan terkini yang ditopang oleh peralatan modern, kegagalan masih selalu dapat terjadi. Faktor kegagalan tersering adalah lambatnya pasien meminta pertolongan dokter sehingga penyakit telah mencapai stadium lanjut, disamping kepatuhan pasien terhadap program pengobatan.
Kegagalan radioterapi untuk mengeliminasi tumor dapat disebabkan beberapa hal, yaitu:
· Bila ukuran tumor terlalu besar
· Bila volume radiasi tidak adekwat
· Bila tumor ada dalam keadaan hypoxic
· Bila tumor dalam siklus sel yang tidak berespon terhadap radiasi
· Dosis total yang harus diberikan tidak sesuai oleh karena dibatasi oleh jaringan sehat sekitar tumor
Karena itu melakukan pemeriksaan penyaring maupun segera berkonsultasi ke dokter bila ada keluhan, merupakan tindakan yang bijaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Radioterapi. Tersedia pada http://www.klikdokter.com/extra/institute/equipment/48. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010.
Lim, Adeline. 2010. Radiologymalaysia. Tersedia pada http://www.radiologymalaysia.org/breasthealth/bm/Rawatan/RadTxRAH.htm. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010.
Nana Supriana. 2008. Terapi Radiasi. Tersedia pada http://www.radioterapi-cm.org/index.php?lang=ina&to=mnu_360. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010.
Susworo. 2002. Peran Radioterapi pada Pengobatan Kanker. Tersedia pada http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1010376116,48600. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010.
Wahyudhy, Harry, 2007. Radioterapi Karsinoma Tiroid. Tersedia pada http://klikharry.wordpress.com/2007/03/08/radioterapi-karsinoma-tiroid/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010.